TAUHIDUS SIFAT
MEESAKAN ALLAH TA’ALA PADA SEGALA
SIFAT
Maksudnya
meesakan Allah Ta’ala pada segala sifat ialah : megembalikan, meninggalkan
seluruh sifat-sifat yang ada pada mahluk ini kedalam sifat-sifat Allah s.w.t.
dengan pengertian yaitu memfanakan
sifat-sifat mahluk ini,kedalam sifat-sifat Allah Ta’ala sehingga tercapailah pandangan,bahwa
tidak ada yang bersifat kecuali Allah
Ta’ala saja.
Adapun
tujuannya adalah untuk ma’rifat kepada Allah,sedangkan sifat-sifat yang ada
pada mahluk ini adalah nyata sifat-sifat Allah Ta’ala. Dan sengaja Allah
sahirkan sifat-sifatnya itu kepada hambanya atau mahluknya, karena rahmatnya
supaya mahluk itu sendiri mempunyai tangga dan jembatan untuk mengenal
sifat-sifat Allah. Dan bukan jadi dinding dan hijab untuk melihat sifat-sifat
Allah, Tuhan yang kita cari, kita cintai.
Adapun
kaifiat dan cara memandang sifat Tuhan itu ialah :
Engkau
pandang dengan hatimu dan dengan mata kepalamu dengan hakkul yakin dan dengan
itiqad yang putus, bahwasanya tidak ada yang bersifat dialam alam ini kecuali
Allah. Seperti : kudrat, iradat, ilmu, hayat, sama, basyar dan kalam. Semuanya
adalah sifat-sifat Allah.
Jadi
sifat-sifat yang ada pada mahluk ini adalah sifat-sifat majaji belaka,bukan
hakiki. Maka daripada itu nyatalah kepada kita bahwa sifat-sifat yang ada pada
kita sekarang ini adalah nyata sifat-sifat Tuhan Allah semata. Kalau kita sudah
mengembalikan sifat-sifat yang ada pada kita itu kepada Allah, niscaya fanalah
sifat-sifat kita itu kepada sifat-sifat Allah.
Sehingga
tidak ada lagi yang bersifat,kecuali Allah. Jadi jelaslah sudah kepada kita
bahwa : kita ini tidak punya perbuatan,tidak punya nama dan tidak punya sifat
kecuali Tuhan. Sekarang tinggal lagi mengeesakan Allah Ta’ala pada Zatnya.
BEBERAPA PENJELASAN
Sebelum
kita membicarakan tentang tauhidul Zat. Maka marilah kita jelaskan dahulu
tentang tauhidis sifat itu tadi. Didalam istilah ilmu tasauf ada beberapa
perkataan yang menyangkut masalah sifat
itu tadi. Kata-kata itu seperti dibawah ini :
ZAIDUN MAAQAAMA, MANQALA,
MANFAKA, MAAKUMA, LA’UDMA, QADIMUN, LA HANA.
Maksudnya
ialah : tentang dari sifat-sifat itu
sebagai berikut :
Sifat-sifat
Allah itu tidaklah berdiri kepada ZAT. ( tidak berdirinya seprti sifat hitam
kepada sesuatu benda ). Maksudnya tidak berpindah dari Zatnya, tidak terlepas
daripada Zatnya. Dan tidak tersembunyi dari Zatnya, bukan berarti tidak ada.
Dia qadim karena qadimnya zat,dan tidak akan binasa selamanya, jadi begitulah
hakikat sifat-sifat Tuhan tidak pernah berpindah kepada mahluknya. Ia seperti
nafi isbat jua,tidak bercerai dan tidak bersatu,tetapi memang satu dalam
rahasia. Maka dari itu supaya hambanya
dapat mengenal sifat-sifat Tuhan. Ia zahirkan NUR dan benderangnya
sifat-sifatnya itu kepada Roh kita, seperti sudah kita jelaskan dahulu tadi.
Jadi
kalau tahkik pandangan kita dengan cara demikian, niscaya fanalah sifat-sifat
kita dan mahluk sekaliannya kedalam sifat Allah. Maka dapatlah kita rasakan
bahwa : tidak mendengar kita, tidak melihat kita, tidak berkata-kata kita,
tidak tahu kita, melainkan dengan pendengaran Allah, dengan penglihatan Allah,
dengan kalam Allah, dengan tahunya Allah. Dan tidak hidup kita ini,melainkan
hayatullah zat, hingga yang lainya daripada sifat-sifat Allah s.w.t.
semata-mata. Demikianlah penjelasan hamba. Baiklah kita teruskan kepada
mengeesakan Allah Ta’ala pada ZAT,agar supaya para penuntut menjadi maklum
adanya.
No comments:
Post a Comment