Seni Bertanya ala NLP (Meta Model)
Proses
penyelarasan dalam komunikasi interpersonal dapat terlihat dari
minim-nya kesalahan persepsi. Kesalahan persepsi dapat berawal dari
kurang tepatnya dalam memberikan saran kepada seseorang. Untuk
meminimalisir kesalahan dalam memberikan saran yang berujung pada
kesalahan persepsi, NLP (Neuro-Linguistic Programming) memberikan solusi
yaitu Meta Model yang merupakan seni bertanya ala NLP.
Hampir
dapat dipastikan bahwa semua orang dapat memberikan saran, namun tidak
dapat dipastikan semua saran akan tepat pada sasaran. Hal ini terjadi
karena disaat kita memberikans aran kepada orang lain belum atau bahkan
tidak sesuai dengan akar permasalahan orang lain. Oleh karenanya
memanfaatkan seni bertanya ala NLP dapat membantu kita nantinya dalam
memberikan saran ataupun arahan kepada orang lain yang semakin mendekati
sasaran.
Sebagai contoh ketika orang mengatakan “Saya saat ini sedang stress”.
Secara definisi hampir semua orang mengetahui kata “stress”. Tapi
penyebab dan alasan orang tersebut menjadi stress adalah sebuah hal yang
tidak kita ketahui bukan? Kita dapat tersesat dan menyesatkan orang
lain bila tidak tepat dalam mengkaji stress yang dialami oleh orang
tersebut. Jadi, dari kata “stress” yang disampaikan oleh orang tersebut
perlu untuk kita klarifikasi lagi.
Bertanya
merupakan sebuah seni, inilah sebuah pemahaman yang muncul setelah saya
mempelajari dan mendalami NLP. Bertanya dengan cara yang tidak efektif
dapat dipastikan membuat orang merasa tidak nyaman, merasa sepeti di
interograsi, dsb.
Meta Model adalah sebuah tools
yang ditawarkan oleh NLP, dan dalam bahasa yang lebih sederhana dapat
diistilahkan dengan “Seni Bertanya ala NLP”. Meta Model merupakan
rumusan linguistik dalam bertanya yang di formulasikan oleh John Grinder
dan Richard Bandler saat memodel Virgina Satir dan Fritz Perls.
Satir dan
Perls menggunakan pola bahasa tertentu dalam mengajukan pertanyaan
kepada klien-kliennya untuk memperkaya dan juga memberdayakan dunia
internal kliennya.
Sebuah kalimat dapat dianalisa dari dua pola, yaitu : Deep Structure dan Surface Structure. Pola ini dikemukakan oleh Noam Chomsky dalam Transformational Grammar. Deep Structure
dapat diartikan sebagai suatu bentuk kalimat yang masih utuh sebelum
terjadinya proses penyaringan informasi dalam dunia internal seseorang.
Sedangkan Surface Structure adalah proses
untuk lebih menjadikan suatu informasi dapat disampaikan secara lebih
efisien atau dengan kata lain menyederhanakan kalinat karena adanya
proses penyaringan dari informasi itu sendiri. Melalui proses Surface Structure inilah suatu informasi sebagian dapat menjadi terhapus, terjadi perubahan makna, serta proses generalisasi.
Dan yang dilakukan manusia pada umumnya adalah menyampaikan suatu hal kebanyakan menggunakan pola Surface Structure.
Dalam Meta Model ada 3 bagian besar pola yang dapat dipahami, yang pertama adalah Deletion
(Information gathering) merupakan pola bahasa yang digunakan untuk
mengumpulkan kembali beberapa informasi yang hilang karena terjadinya
proses penghapusan suatu informasi. yang kedua adalah Distortion
(Semantic ill-formedness) merupakan pola bahasa yang digunakan untuk
membantu seseorang ketika melakukan penyederhanaan dengan merubah makna
suatu informasi. Dan yang terakhir adalah, Generalization
(Limit’s of the speaker model) merupakan pola bahasa yang digunakan
untuk membantu seseorang dalam me-recover ketika melakukan proses
generalisasi.
Tujuan yang paling mendasar dalam
memanfaatkan Meta Model, baik dalam konteks terapi (dalam hypnotherapy)
ataupun sekedar komunikasi interpersonal adalah “membantu klien/subyek
lebih berdaya dengan pilihan-pilihan yang muncul dari pertanyaan yang
kita berikan”.
Salam berdaya!
No comments:
Post a Comment