MENGATASI KESURUPAN MASSAL
Kesurupan masal yang belakangan ini sering sekali terjadi sebenarnya pada awalnya merupakan kesurupan individual dan kemudian berubah menjadi masal dikarenakan orang lain yang melihat peristiwa tersebut menjadi tersugesti. Kesurupan individual yang terjadi muncul sebagai reaksi atas apa yang sedang dirasakan oleh individu sebelum proses kesurupan itu terjadi.
Kesurupan menurut Dr.Dadang Hawari adalah reaksi kejiwaan yang dinamakan reaksi disosiasi. Reaksi yang mengakibatkan hilangnya kemampuan seseorang untuk menyadari realitas di sekitarnya itu, yang disebabkan adanya tekanan fisik maupun mental.
Tetapi kalau kesurupannya massal, itu melibatkan sugesti. Dissociative trance disorder dapat terjadi secara perorangan atau bersama-sama, saling memengaruhi, dan tidak jarang menimbulkan kepanikan bagi lingkungannya (histeria massa). Bila dalam satu kelompok remaja ada seorang yang mengalami kesurupan, yang lain terutama yang punya risiko kesurupan, akan segera “tertular”. Ini merupakan definisi secara medis. Dunia kedokteran, khususnya psikiatri mengakui fenomena kesurupan sebagai suatu perubahan, tunggal atau episodik, dalam keadaan sadar, yang ditandai oleh penggantian rasa identitas pribadi. Biasanya dengan identitas baru. Bisa oleh suatu roh atau kekuatan. Kejadian kesurupan sering kali terjadi berulang dan kambuh-kambuhan.
Kesurupan atau possesion dan trance, kasusnya banyak dijumpai di negara dunia ketiga. Di India yang kultur dan budayanya miripIndonesia, kesurupan atau possesion syndrome atau possesion hysterical merupakan bentuk disosiasi yang paling sering ditemukan. Angka kejadiannya kurang lebih 1 – 4% dari populasi umum.
Kesurupan dalam pandangan dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, A. Supratiknya, Ph.Dmerupakan refleksi kegagalan yang sedang terjadi dalam berbagai bidang kehidupan. Maka pada prakteknya jangan heran kalau kesurupan dikait-kaitkan dengan makhluk halus. Menurut dia, kesurupan bisa dijelaskan secara rasional.
Kesurupan adalah gejala kejiwaan.
Kalau sekarang orang cenderung mencari jawaban pada paranormal, lonceng kematian bagi akal sehat sedang berdentang. Menurut pratiknya, kesurupan hanya merefleksi chaos luar biasa di tengah masyarakat. Kalau tekanannya jelas, kasat mata, orang mudah melawannya. Prof.Dr. dr. H.Soewadi, MPH, Guru Besar Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, sepakat. Seperti ditulis harian lokal Kedaulatan Rakyat, dia yakin kesurupan bukan disebabkan makhluk halus. Soewadi memandang tekanan sosial sebagai biang kesurupan. Banjir, tsunami, gizi buruk, ketidakadilan, upah kecil, santun an tunai langsung, kesenjangan yang sangat mencolok, disebut Soewadi sebagai faktor penekan. Kesurupan, menurut ahli jiwa ini adalah gejala gangguan jiwa yang disebut folie a deux, yaitu gejala gangguan jiwa pada seseorang yang diikuti orang lain. Mereka kehilangan kepribadian yang asli. Yang muncul kepribadian yang lain. Jika pernah mendengar dan melihat sesuatu, kemudian masuk dalam alam bawah sadarnya, saat kepribadian dia rapuh, muncul kepribadian lain itu.
Rachmad K.Dwi Susilo yang didapuk untuk menjadi pembicara dalam seminar kali ini menyatakan bahwa kesurupan masal adalah salah satu keragaman dalam karakter masyarakat transisi dari agraris ke masyarakat industri. Tidak sedikit pula kebingungan ini menampakkan diri dalam perilaku yang menyimpang. “Masyarakat industri bisa dikatakan juga sebagai kemunculan masyarakat modern dimana menandai berakhirnya kepercayaan masyarakat terhadap mitos. Sementara dari perspektif psikologi, kesurupan sendiri sebenarnya telah menjadi kajian psikologi klinis, terutama psikologi abnormal.
Kesurupan dalam psikologi dikenal dengan istilah trans dissosiatif dan trans possession disosiatif. Trans dissosiatif adalah perubahan dalam kesadaran yang bersifat temporer atau hilangnya perasaan identitas diri tanpa kemunculan identitas baru. Sedang trans possession dissosiatif adalah perubahan dalam kesadaran yang dikarakteristikkan dengan penggantian identitas personal yang selama ini ada dengan identitas yang baru.
Mengapa Wanita Lebih Berisiko Kesurupan?
Berdasarkan jenis kelamin, perempuan mempunyai risiko lebih besar untuk kesurupan dibandingkan laki-laki. Hal ini terbukti dari kasus-kasus yang terjadi sebagian besar adalah perempuan. Hal ini mungkin karena perempuan lebih sugestible atau lebih mudah dipengaruhi dibandingkan laki-laki. Mereka yang memunyai kepribadian histerikal yang salah satu cirinya sugestible lebih berisiko untuk kesurupan atau juga menjadi korban kejahatan hipnotis.
Berdasarkan usia, sebagian besar korban kesurupan berusia remaja dan dewasa muda. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa mereka yang berisiko untuk kesurupan adalah perempuan usia remaja atau dewasa muda yang mudah dipengaruhi. Selain itu, wanita lebih labil ketimbang pria dan terjadi perubahan dalam jiwanya. Banyak hal bisa menjadi penyebabnya. Antara lain kondisi keluarga, kondisi sekolah, hubungan pertemanan, sosial politik, dan masih banyak lagi.
Gejala-Gejala Kesurupan
Gejala-gejala beberapa waktu sebelum kesurupan antara lain kepala terasa berat, badan dan kedua kaki lemas, penglihatan kabur, badan terasa ringan, dan ngantuk. Perubahan ini biasanya masih disadari oleh subjek, tetapi setelah itu ia tiba-tiba tidak mampu mengendalikan dirinya. Melakukan sesuatu di luar kemampuan dan beberapa di antaranya merasakan seperti ada kekuatan di luar yang mengendalikan dirinya.
Mereka yang mengalami kesurupan merasakan bahwa dirinya bukanlah dirinya lagi, tetapi ada suatu kekuatan yang mengendalikan dari luar. Keadaan saat kesurupan ada yang menyadari sepenuhnya, ada yang menyadari sebagian, dan ada pula yang tidak menyadari sama sekali. Dalam keadaan kesurupan korban melakukan gerakan-gerakan yang terjadi secara otomatis, tidak ada beban mental, dan tercetus dengan bebas. Saat itu merupakan kesempatan untuk mengekspresikan hal-hal yang terpendam melalui jeritan, teriakan, gerakan menari seperti keadaan hipnotis diri. Setelah itu, fisik mereka dirasa lelah tetapi, mental mereka mendapat kepuasan hebat.
Frigerio menyatakan, ada tiga stadium yang dialami orang kesurupan.
- Pertama, irradiation (subjek tetap menyadari dirinya tetapi ada perubahan yang dirasakan pada tubuhnya.
- Kedua being diside, subjek berada dalam dua keadaan yang berbeda, namun ada sebagian yang dialaminya disadarinya.
- Stadium ketiga disebut stadium incorporation, subjek sepenuhnya dikuasai oleh yang memasukinya dan semua keadaan yang dialami tidak diingatnya.
Meski fenomena kesurupan sejujurnya tidaklah berbahaya, tetapi faktual sangat merepotkan plus menakutkan.
Rasa takut akan kesurupan ini disebabkan media massa ikut mem-blow up sedemikian rupa sehingga kejadian itu teramat dekat dengan kita.
Kesalahan persepsi yang pertama tama , adalah anggapan bahwa kesurupan (trance) adalah fenomena mistik. Itu keliru, karena kesurupan adalah fenomena psikologis yang terjadi atas sekelompok mahkluk religius. Dalam konsep religiusitas, kita mengenal Tuhan dan setan. Nah, kesurupan dimaknai sebagai kehadiran setan, demit, makhluk halus dan sebangsanya. Suasananya menjadi haru biru.
Kesurupan juga disebabkan ulah manusia yang suka bikin jangkar spiritualitas, semacam pusaka. Sejak jaman animisme dinamisme, pusaka dijadikan simbol spiritualitas bagi pemiliknya. Pada jaman itu diyakini, empu dapat menghadirkan kekuatan Ilahi dalam benda fisik seperti keris dan tombak.
Pusaka itu sebenarnya hanyalah Jangkar atau Anchor. Jangkar yang dapat menghubungkan antara realitas dengan subrealitas serta supra realitas. Benda fisik apapun namanya tidak memiliki kekuatan apa apa, karena hanya jangkar bagi pemegangnya untuk sampai pada sebuah realitas diri yang lain.
Kesurupan pada awalnya dianggap sebagai fenomena mistik, yakni hadirnya kekuatan roh tertentu yang menyelusup ke raga seseorang. Fenoemena kesurupan acapkali dihadapi dengan rasa takut yang penuh hormat. Padahal sesungguhnya tidak perlu begitu.
Percaya atau tidak, kesurupan hanyalah fenomena menghipnotis diri (self hypnosis) yakni meloncatnya pikiran sadar (conscious) menuju bawah sadar (subconscious) sabagai akibat terbukanya RAS (Reticular activating system). RAS adalah semacam katup penghubung antara kesadaran dan ke-bawah sadaran. RAS ini sebetulnya berfungsi sebagai sebuah filter untuk menyaring data untuk diloading ke bawah sadar. Filter ini sepenuhnya dikendalikan oleh kesadaran melalui mekanisme penilaian serta dipengaruhi oleh emosional.
Mengapa RAS serta merta terbuka? Seorang yang pikirannya terfokus padas satu hal bisa mengalami hal ini. Seorang karyawati pabrik rokok di Malang mengalamai trance setelah mendengarkan bunyi gamelan pengiring kuda lumping di luar pabrik. Bunyi gamelan berfungsi sebagai penginduksi. Sayangnya tidak ada laporan situasi di beberapa sekolah yang mengalami kesurupan masal beberapa minggu yang lalu. Tetapi diyakini , siswa yang pertama kali mengalami kesurupan di sekolah itu tengah memikirkan sesuatu secara fokus.
Rumus bagi para guru saat menghadapi kesuruan adalah jangan panik. Ketika guru panik, ia terfokus pada satu persoalan, bingung, takut, serta emosi yang tidak tergambarkan, akhirnya malah ikut kesurupan. Sadarilah kesurupan hanyalah fenomena psikologis, bukan fenomena mistis.
Kedua, jauhkan anak anak dari siswa yang mengalami trance. Ini agar subconscious mereka tidak terinduksi . Ada baiknya guru mengisolasi anak yang kesurupan di ruang yang tak dapat dimasuki siswa lain. Guru yang menangani, usahakan tetap dalam kesadaran penuh.
Lalu , bagaimana dengan korban? Orang yang berada dalam kondisi hypnosis state umumnnya akan mengekspresikan kondisi bawah sadarnya. kalau pas takut, ia akan histeris menjerit njerit. Mereka juga bisa hanya lemas pengin tidur atau sering disebut tidur hypnosis. Kedua duanya tidak berbahaya, yang penting untuk anda ketahui adalah, orang yang sedang dalam kondisi ini sangat SUGESTIF. Pahamilah bahasa dia dan karakter sehari-harinya , berbicaralah dalam cara seperti itu, sebab dalam fase ini Anda tidak berbicara pada kesadaran, tetapi dengan bawah sadar. Ketika mengajak berbicara pakailah kata kata sugestif, hindari kata jangan tidak dan akan. Tepatnya pakai present counsinuous tense, kalau anda berhasil mengajaknya berbicara ia akan tunduk. Kalau sudah tunduk, suruh dia tidur tenang, sebentar kemudian dia akan sadar. Atau lebih mudahnya, anggap saja ini adalah sebuah sesi Hypnotherapy, dan anda sedang menghadapi subyek yang mengalami abreaksi.
Jadi point-point penting yang harus di ingat :
- Orang yang kesurupan berada dalam kondisi Trance State (Hypno State)
- Bersifat SUGESTIF (Mudah menerima sugesti)
- Dalam Fase ini Anda tidak berbicara pada kesadaran, tetapi dengan bawah sadar
- Gunakan kata-kata sugestif, hindari kata : Jangan, Tidak, dan Akan. Tepatnya pakai present counsinuous tense.
- Kalau sudah tunduk, suruh dia tidur tenang, sebentar kemudian dia akan sadar.
- Anggap saja ini adalah sebuah sesi Hypnotherapy, dan anda sedang menghadapi subyek yang mengalami abreaksi.
Fenomena ini bisa merupakan bentuk dari abreaksi, ataupun histeria. jika dalam kondisi sendiri, namun tidak banyak gerak dan memilih untuk tidur, serta kepala berasa sangat pusing, maka mungkin yang terjadi adalah abreaksi. Jika yang terjadi adalah berteriak, meronta, apalagi berlangsung bersama banyak orang (kesurupan massal) maka mungkin yang terjadi adalah histeria. Menghadapi abreaksi tentu lebih mudah, caranya dengan menyuruhnya tidur, kemudian bangunkan dengan sugesti, jika tetap tidak mau, maka beri sedikit waktu untuk tidur, kemudian paksa agar ia benar-benar bangun. Atau bisa juga menggunakan short induction untuk membuatnya tidur, lalu beri sugesti dan bangunkan.
Perhatikan pula keadaan saat itu. Jika cuaca terlalu ramai, maka tidak akan kondusif. Begitu pula jika cuacanya terlalu panas, terlalu pengap dan lain sebagainya. Pilih tempat yang tenang, sejuk dan santai.
Juga jangan memegangi terlalu kuat atau berteriak memaksa si korban untuk sadar. cukup dipegangi dengan santai, tunggu saja sampai ia merasa lemas lalu kita mulai proses hipnoterapi. Jika korbannya ada banyak, jangan campurkan dalam satu ruangan. Karena sifat alamiah gelombang adalah meskipun kecil namun jika dikumpulkan akan menjadi gelombang yang kuat. Bagi orang yang tidak kesurupan juga diharap tenang, jangan histeris, apalagi panik, karena dalam kondisi panik dan blank, maka gelombang tersebut bisa saja menular ke yangtidak kesurupan.
Jika ia meronta, maka perhatikan betul apa yang sekiranya menjadi submodalitasnya. Jika korban merupakan orang yang tertarik secara visual, maka datangkan atau perlihatkan sosok orang yang ia banggakan atau orang yang membuatnya memiliki semangat untuk tetap hidup. Jika ia tertarik secara suara/auditori, maka perdengarkan suara atau kalimat yang merdu, tenang, misalnya ayat suci. Jika ia mudah tertarik secara kinestetik, maka gunakan tangan anda untuk menenangkannya, misal dengan merangkulnya, mengelus rambut dan lain sebagainya. Jika hal tersebut dilakukan dengan tepat, niscaya sang korban akan tenang dan diam.
Jika korban tidak mau diam dan terus memberontak, maka paksa dia untuk tenang. Bukan dengan memeganginya di banyak titik, cukup dengan memijat kuat pangkal ibu jari ataupun sekitar kuku ibu jari, namun jangan terlalu lama, jadikan itu sebagai ancaman pertama, sembari mengatakan bahwa jika ia tidak mau tenang, maka anda akan memijitnya dengan lebih keras. Setelah hal tersebut anda lakukan dan korban mulai tenang, maka segera berikan sugesti yang dapat membuatnya kembali bersemangat, misalnya :
“Susi, sekarang sudah siang, saatnya kamu melanjutkan aktifitasmu, bukankah siang nanti kamu akan bermain futsal bersama teman-temanmu? lihat di sana, teman-teman kamu sudah menunggu, sekarang silahkan tenangkan dirimu, rileks, lalu saya akan menghitung satu sampai sepuluh, setiap hitungan merupakan langkah yang harus engkau lalui menuju kesadaran. Setelah saya selesai menghitung, maka itu pertanda kamu saatnya untuk terbangun dan melanjutkan keseharianmu, tenang, tarik nafas, satu, dua,, dst…”
Setelah ia bangun, segera beri minum, kemudian ajak untuk berzikir dan bersyukur karena sudah berhasil melewati cobaan tersebut.
Lain halnya jika yang terjadi adalah seolah-olah ada “jin” yang merasuki korban, atau lebih tepatnya persepsi bawah sadar/subconcious korban menginginkan sesuatu untuk lepas dari kesadaran. Ingat, dalam hal ini, persepsi bawah sadar adalah persepsi imajinasi, bukan hal yang nyata. Misalnya korban menginginkan untuk makan agar dapat sadar, maka turuti saja kehendaknya. Namun jika yang diminta adalah suatu hal yang aneh, maka permainkan imajinasinya, buat ia seoplah-olah sudah mendapatkan apa yang ia inginkan. Karena hipnosis adalah ilmu komunikasi, maka dibutuhkan ketrampilan sang hipnoterapis untuk mengolah kata sehingga seolah-olah apa yang menjadi imajinasi dari sang korban kesurupan tersebut seakan sudah tercapai, lalu tidurkan ia, masukkan sugesti sebagaimana di atas, dan bangunkan.
Mungkin hanya itu secuplik apa yang saya tahu selama ini tentang permainan gelombang otak, jika anda igin tahu lebih dalam, tentu banyak master yang siap, mau dan bisa membimbing anda. Sekian share dari saya, kurang lebihnya mohon maaf.
No comments:
Post a Comment