NLP Presupposition
NLP menganjurkan kita untuk meyakini beberapa hal, yang jika diyakini
sepenuh hati maka kehidupan kita akan menjadi lebih mudah dan lebih
menyenangkan. Hal-hal yang sebaiknya diyakini itu disebut sebagai NLP
presupposition, atau lebih mudah dimengerti sebagai asumsi.
NLP presupposition adalah sejumlah ide utama dalam NLP yang merupakan
sintesa dari hasil pemikiran orang-orang yang di model di awal
perkembangan NLP, antara lain Virginia Satir, Firtz Pearls, dan Milton
Erickson. Sintesa in diperoleh berdasarkan modelling yang dilakukan oleh
sepasang co founder NLP (Bandler dan Grinder) pada ketiga orang diatas.
Seperangkat pemikiran ini bisa dilihat sebagai semacam belief system
yang akan membuat para penganutnya memiliki suatu cetak biru sukses di
area NLP. Sebagai seorang praktisi NLP, meyakini dan menjadikan
presuposisi ini sebagai belief system merupakan suatu kebutuhan penting,
dan bisa dijadikan sebagai suatu sikap sebagai seorang praktisi.
Neuro-Linguistic Programming adalah sebuah study mengenai excellence.
Untuk mencapai excellence ini maka sejumlah asumsi mengenai realitas
dibuat dimana asumsi-asumsi ini di presuppose atau dianggap benar.
Asumsi-asumsi yang dianggap benar ini kemudian disebut dengan
presupposition yang menjadi dasar pijakan dalam Neuro-Linguistic
Programming. Presuposisi ini apabila diintegrasikan dalam pola berpikir
dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari maka akan membantu seseorang
dalam melakukan transformasi dalam hidupnya menuju kehidupan yang lebih
sukses dan lebih bahagia.
Berikut ini disajikan beberapa presuposisi yang diambil dari rujukan The Society of NLP, USA, sebagai berikut:
1. The map is not the territory.
Realitas internal (peta mental mengenai dunia) bukanlah realitas eksternal (dunia itu sendiri).
2. People respond according to their map of reality
Orang bereaksi menurut realitas internalnya sendiri
3. There is no failure, only feedback. Feedback is simply information
Tidak ada kegagalan, yang ada hanyalah umpan balik. Umpan balik hanyalah informasi biasa.
4. The meaning of the communication is the response it elicit
Makna (kualitas) komunikasi diukur dari hasil respon yang diperoleh, bukan dari maksud.
5. If what you are doing is not working, do something different
Jika yang dilakukan tidak menghasilkan, lakukan secara berbeda
6. You can not not communicate
Anda tak bisa tidak berkomunikasi
7. People have all the resources they need to achieve their desired outcome. They just need access, strengthen and sequence them
Orang sudah punya semua sumberdaya yang diperlukan untuk meraih hasil. Tinggal diakses, diperkuat dan diurutkan.
8. Every behavior has a positive intention
Perilaku seseorang didorong oleh suatu niatan yang berguna
9. People are much more than behavior
Manusia lebih dari sekedar jumlah perilakunya
10. The mind and the body are interlinked and affect each other
Pikiran dan tubuh saling berterkaitan dan saling mempengaruhi.
11. Having choice is better than not having choice
Memiliki pilihan lebih baik dari tidak memilikinya
12. Modelling successful performance leads to excellence
Meniru orang sukses membawa kita ke ekselen
13. It’s never too late to have a happy childhood
Tidak ada kata terlambat untuk punya masa kecil yang berbahagia
14. Resistance indicates the lack of rapport
Penolakan mengindikasikan kurangnya rapport
Mari Kita Gali Lebih Dalam.
The ability to change the process by which we experience reality is
more often valuable than changing the content or experience of reality.
Kemampuan untuk merubah proses dimana kita mengalami realita lebih
sering bernilai dibanding dengan merubah isi atau pengalaman dari
realita tersebut.
Kemampuan seseorang dalam merubah proses tentang bagaimana pikiran
bekerja dalam menghadapi stimuli eksternal atau stimuli internal dan
memberikan respon yang tepat adalah lebih bernilai dibandingkan dengan
hanya merubah isi pengalaman dalam memori pikiran orang tersebut.
Singkatnya, presuposisi ini menekankan pada perubahan inti (core) dari
suatu permasalahan, bukan menitikberatkan pada perubahan gejalanya
(symptom).
The meaning of the communication is the response you get.
Makna dari komunikasi adalah respon yang Anda peroleh.
Makna utama dari sebuah komunikasi adalah respon yang ingin kita
dapatkan. Apabila respon yang diberikan oleh partner bicara kita
bertolak belakang dengan respon yang ingin kita dapatkan maka hal itu
berarti bahwa cara berkomunikasi kita tidak tepat untuk mendapatkan
respon yang diinginkan tersebut. Oleh karena itu, diperlukan adanya
suatu kepekaan indrawi untuk mengetahui apakah komunikasi yang kita
lakukan tersebut sudah sesuai atau belum. Apabila belum, maka diperlukan
adanya suatu fleksibilitas sampai memperoleh respon yang diinginkan
dengan cara merubah cara komunikasi kita.
All distinction human beings are able to make concerning our
environment and our behaviour can usefully represented through the
visual, auditory, kinesthetic, olfactory, and gustatory senses.
Semua pembedaan yang dapat dilakukan manusia sehubungan dengan
lingkungan eksternal dan perilakunya dapat diwakilkan secara bermanfaat
melalui indera penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman, dan
pengecapan.
Pikiran merepresentasikan informasi yang diperoleh melalui input
internal dan input eksternal dalam bentuk gambar (visual), suara
(auditory), perasaan (kinesthetic), bau/wangi (olfactory), dan rasa
(gustatory). Kemampuan untuk merepresentasikan dan mengorganisir
informasi ini secara bermanfaat dan bersumber daya akan membedakan
antara individu yang satu dengan individu yang lain.
The resources an individual needs to effect a change are already within them.
Sumber daya yang dibutuhkan oleh seorang individu untuk menghasilkan perubahan sudah ada dalam diri mereka.
Dalam diri setiap individu telah memiliki sumber daya yang dibutuhkan
untuk melakukan perubahan. Banyak orang tidak mengetahui hal ini
sehingga tidak dapat menggunakan sumber daya ini untuk melakukan suatu
perubahan yang diinginkan. Body and mind (badan dan pikiran) adalah
contoh konkrit dari sumber daya yang ada dalam diri setiap orang.
Kemampuan untuk menggunakan kedua sumber daya ini dengan baik dan benar
akan sangat membantu dalam menghasilkan perubahan yang diinginkan.
The map is not the territory.
Peta bukanlah wilayah yang sebenarnya.
Neuro-Linguistic Programming mengasumsikan bahwa orang berperilaku
berdasarkan apa yang dipersepsikannya mengenai dunia luar, bukan
berdasarkan pada realitas yang sebenarnya. Persepsi yang dibuat
merupakan representasi atau perwakilan dari dunia luar yang ada di dalam
otaknya. Persepsi inilah yang kemudian disebut dengan peta. Menurut
Alfred Korzibski, orang yang mempopulerkan istilah “the map is not the
territory”, sebuah peta bukanlah wilayah yang sebenarnya dari wilayah
yang diwakilkannya, namun, apabila peta tersebut memiliki struktur yang
sama dengan wilayah yang diwakilinya, maka peta ini akan sangat
bermanfaat.
The positive worth of the individual is held constant, while the
value and appropriateness of internal and/or external behaviour is
questioned.
Nilai positif dari seseorang dipertahankan secara konstan, sementara
nilai dan kesesuaian dari perilaku internal dan/atau eksternal yang
dipertanyakan.
Setiap orang memiliki nilai positif dari perilaku yang dilakukannya.
Dalam Neuro-Linguistic Programming, nilai positif ini dipertahankan
secara konstan karena dapat menjadi sumber daya yang bermanfaat. Namun,
perilaku yang dilakukan harus dipertanyakan apakah sudah sesuai dengan
konteksnya atau belum, ekologis atau tidak, membawa dari present state
menuju desired state atau tidak, dan lain sebagainya.
There is a positive intention motivating every behavior; and a context in which every behaviour has value.
Ada sebuah niat positif yang mendasari setiap perilaku; dan ada
sebuah konteks yang sesuai untuk sebuah perilaku dimana perilaku
tersebut bernilai/bermanfaat.
Apapun perilaku yang dilakukan seseorang, selalu ada niat positif
dibalik perilaku tersebut. Suatu perilaku dikatakan tidak congruent atau
tidak selaras apabila digunakan di dalam konteks yang salah. Hal ini
dapat terjadi karena tidak ada satu perilaku yang cocok untuk seluruh
konteks. Namun, selalu ada sebuah konteks yang sesuai dengan suatu
perilaku tertentu yang mana kesesuaian ini akan menghasilkan nilai atau
manfaat bagi orang tersebut. Contoh sederhana untuk presuposisi ini
adalah perilaku “lupa”. Dalam konteks ujian, lupa adalah suatu perilaku
yang sangat tidak bermanfaat. Namun, dalam konteks trauma, kemampuan
untuk melupakan kejadian traumatis adalah suatu hal yang sangat
bermanfaat.
Feedback vs. Failure – All results and behaviour are achievements,
whether they are desired outcomes for a given task/context or not.
Umpan balik vs. Kegagalan – Semua hasil dan perilaku adalah
pencapaian, terlepas apakah hasil atau perilaku tersebut adalah outcome
yang diinginkan atau tidak dalam suatu lingkup pekerjaan/konteks.
Presuposisi ini menekankan bahwa apabila suatu perilaku tidak
menghasilkan outcome yang diinginkan maka hal itu bukanlah kegagalan
namun merupakan suatu feedback atau umpan balik yang menjelaskan bahwa
apa yang dilakukan tidak membawa pada pencapaian outcome yang
diinginkan. Selain itu, setiap output yang dihasilkan dari sebuah
perilaku adalah suatu pencapaian juga. Namun, pertanyaannya adalah
apakah pencapaian itu diinginkan atau tidak diinginkan. Dengan
mengetahui bahwa umpan balik yang dihasilkan tidak mengarah pada hasil
yang diinginkan maka dapat dilakukan penyesuaian-penyesuaian yang
dibutuhkan sampai outcome yang diinginkan tercapai.
~Live a life you want to live & make sure it is useful.
BERBAGI PENGALAMAN : “Setiap Hal dievaluasi berdasarkan ekologi dan konteks”.
NLP adalah sebuah buku manual pikiran manusia yang paling miracle.
Banyak hal yang dibahas secara konsisten. NLP sangat menekankan
pentingnya melakukan fleksibilitas dalam menanggapi setiap respon yang
terjadi di lingkungan kita. Karena fleksibilitas nya itu,
prinsip-prinsip dasar dalam NLP tidak dinamakan sebagai sebuah prinsip,
melainkan dikatakan sebagai sebuah asumsi-asumsi NLP atau dikenal dengan
istilah Presupposition.
Presuposisi ini adalah pandangan NLP terhadap berbagai hal yang terjadi
di lingkungan untuk memudahkan kita meraih Personal Freedom dan Miracle
Life. Banyak pandangan yang berbeda mengenai presuposisi NLP. Ada yang
menggunakan 10 presuposisi, ada yang 12 Presuposisi bahkan ada yang 14
presuposisi. Sekarang, kita membahas presuposisi ini dalam konteks yang
dikembangkan oleh Tad James.
Presuposisi NLP yang menjadi favorit saya adalah, “Everything is
evaluated in the term of context and ecology”. Setiap hal itu dievaluasi
berdasarkan ekologis dan konteks nya. Dari presuposisi ini, setiap hal
memiliki makna yang berbeda dalam berbagai konteks. Contoh sederhana nya
adalah, kata “iye” di Makassar berarti ucapan setuju kepada orang yang
lebih tua dan sangat sopan dilakukan. Saat ke Jakarta, maka kata ini
menjadi tidak sopan dan terkesan menyindir.
Perubahan konteks ini mengingatkan saya mengenai sebuah kisah. Ada
seorang kakek tua yang hidup bersama cucu nya yang semata wayang nya.
Kakek ini sangat sayang dengan cucu nya karena cucu nya ini adalah
keluarga satu-satu nya yang ia miliki. Suatu saat, cucu kakek ini
tersesat di hutan dekat tempat tinggal nya. Kakek ini didatangi oleh
beberapa penduduk sekitar. Penduduk sekitar berkata pada kakek ini
keprihatinan mereka atas kehilangan cucu kakek dan mereka mengatakan
kakek ini sungguh tidak beruntung. Kakek ini hanya menjawab, “Dari mana
kalian tahu saya tidak beruntung?”. Seminggu kemudian, cucu kakek ini
balik ke rumah dengan membawa beberapa kuda liar. Spontan penduduk desa
mengatakan pada kakek ini, “Kamu beruntung sekali menemukan kembali cucu
kamu, dan juga beberapa kuda liar”. Sang kakek hanya menjawab, “Dari
mana kalian tahu saya beruntung”. Setelah beberapa hari, tiba-tiba cucu
kakek ini mengalami patah kaki saat terjatuh mengendarai kuda liar ini.
Beberapa penduduk menjenguk cucu kakek ini dan berkata, “Kakek, kali ini
kamu kurang beruntung karena kaki cucu kakek patah”. Kakek ini kembali
bertanya, “Dari mana kalian tahu saya tidak beruntung”. Seminggu setelah
kejadian itu, semua penduduk desa yang laki-laki dan masih kuat diminta
menjalani wajib militer. Cucu kakek ini tidak ikut dalam wajib militer
itu, karena kaki nya patah.
Berbicara tentang berbagai hal, maka kita harus melihat dan meninjau hal
tersebut sesuai dengan konteksnya. Takut adalah emosi yang pada
konteksnya memiliki manfaat. Jika takut digunakan untuk konteks binatang
berbahaya seperti ular beracun, maka rasa takut ini memberikan manfaat.
Berbeda hal nya dengan rasa takut yang ditempatkan pada konteks takut
berbicara di depan umum, maka emosi takut ini memberi dampak negatif.
Selain segala hal ditinjau berdasarkan konteks nya, kita juga harus
memperhatikan ekologis. Ekologis yang dimaksud adalah bagaimana segala
hal ini memberikan pengaruh bagi lingkungan. Ketika hal yang dilakukan
tidak memberikan makna yang baik bagi lingkungan, maka kita tidak perlu
melakukan hal tersebut. Saya banyak melihat kelas-kelas training yang
membuat saya kecewa. Ada beberapa kelas training yang mengajarkan kelas
nya tidak ekologis. Mengapa saya katakana demikian? Beberapa kelas
training yang saya lihat mengajarkan peserta nya kekuatan bawah sadar
nya dengan cara melakukan adegan menusuk jarum di mulut atau kulit dan
menggunakan jarum yang sama untuk semua peserta di dalam kelas nya.
Inilah yang disebut tindakan yang tidak ekologis karena dapat merugikan
orang lain.
Saya pernah menemui client saya yang menginginkan ia kuat dalam
mengingat sesuatu. Jika saya tidak memandang sisi ekologis, saat itu
saya bisa langsung melakukan coaching untuk meningkatkan kekuatan
mengingat nya. Saat itu saya berusaha memisahkan perilaku dan niat nya.
Client ini sering melupakan memberikan kabar pada orang tua nya yang
berpisah jauh dari nya. Masalah ini yang saya selesaikan karena mudah
lupa untuk beberapa konteks tertentu sangat ekologis. Apa yang terjadi
jika orang begitu kuat nya mengingat pengalaman buruk masa lalu nya????
Saat kita mulai mudah untuk melihat segala hal sesuai konteks dan
ekologis, maka kita dengan mudah dapat mengakselerasi kesuksesan kita.
Saya tahu, saat anda sekarang membaca tulisan saya dan menatap layar
monitor ini, maka tanpa sadar bawah sadar anda mulai mudah memandang
setiap hal sesuai dengan konteks dan ekologis nya, khan?
No comments:
Post a Comment